Konon terdengar kabar tentang negeri Astinapura.. Wilayah ditandai dengan “Larik terung, larik kunyit, larik ceko”.
Kerajaan Astinapura terletak di Tanah Pilih Pseko Betuah. Dipilih tempat kerajaan bertemunya dua angsa putih. Sebagai “tanda” kasih cinta dan kesetiaan.
“Tanah Pilih Pseko Betuah” adalah tanah yang dipilih oleh para dewa sebagai tempat yang direstui.
" Penduduknya ramah. Negerinya aman. Negeri Elok. Padi menguntai. Rumput hijau. Kerbo gepuk. Airnya tenang. Ke aek Cemeti Keno. Ke darat durian gugu'"..
Terdiri Kadipaten Pemayung Ulu, Pemayung Ilir, Awin, Mestong, Penyengat Rendah, Jambi Kecil, Kumpeh Ulu, Maro Sebo, Kumpeh Ilir, Jebus, Air Itam Laut, Sabak dan Lagan, Dendang, Mendahara, Tungkal dan Pengabuan.
Dipimpin Depati yang dipilih oleh penduduk. Diadakan sayembara untuk memilih Depati.
Kuat memegang Hukum adat yang ditandai dengan seloko “Cermin nan tak kabur. Lantak nan tak goyang, kaping idak tagensuo. Tidak lekang karena panas tidak lapuk karena hujan.
Adat lamo pusako usang, yang terpahat di tiang panjang yang terlukis di bendul jati. Setitik nan dak ilang, sebaris yang tidak tebo.
Adat tidak boleh diasak, dak boleh dianggu, diasak layu. dianggu mati.
Buatan Nenek Moyang.
Bak li beganti li, lapuk pua jelipung tumbuh. Bak lapuh di ujung tanjung ilang sekok timbul sekok.
Adat yang diturunkan nenek moyang yang “Adat bersendikan syarak, Syarak bersendikan kitabbullah”. Adat yang disahkan oleh Syarah.
Cara menyelesaikan perselisihan “Disitu kusut diselesaikan. Disitu keruh dijernihkan. Disitu kesat sama diampelas. Disitu bongkol sama ditarah.
Bertampan hendak lebar. Bersambang hendak panjang. Supaya yang genting tidak putus. Supaya yang biang tidak tembuk
Setiap dusun dipagar dengan adat. Rumah dipagar dengan pusako, tepian dipagar Undang.
Pemimpinnya dihormati “Alam sekato rajo, Negeri Sekato Batin”. “Tempat orang bertanyo. Tempat orang bercerito”
Pemimpinnya Arif. Bak Pohon Beringin. “Pohonnya gedang di dekat dusun. Tempat beteduh. Akarnya gedang tempat besilo”.
Namun bila Pemimpin yang lalim, ”Raja alim Raja disembah. Raja Lalim Raja disanggah. Jatuh dipemanjat, Hanyut di perenang
Orang tuonyo tau-tau cerdik pandai, apa besa tempat betitip. neraco tempat betimbang. Nan tau di ereng dengan gendeng. Tahu di ranting nan menculik. Tahu didahan nan menimpo. Tahu di unak nan mengait, Tahu di lahir dengan batin. Tahun di ayik dalam dangek. Ikan terkilek dalam ayik.
Memegang teguh adat nan kiwi. Menggenggam erat syara’ nan lazim.
Mengambil keputusan hukum besamo. “Bulat aek dek pembuluh, bulat kato di mufakat. Seciap bak ayam. Sedenting bak besi. Sedekak bak batu. Sealun bak burung kuwaw.
Di setiap negeri dengan kampong, ada pulo anak mudo ang disebut mudo-mudi. Anak dalam negeri, Payung panji dalam kampong, Ayah tangkeh di gelanggang. nan ringan kaki cepe’ tangan, tumpuan harapan segala nan tuo. Disuruh cepet pergi, dipanggil cepat datang.
Putrinya cantik. Baik “Cantiknyo alang kepalang. Bak bidadari turun dari surgo Mukonya bak bulan penuh. Pipih bagai pauh dilayang. Alis mata bak semut beriring. Bibir tipis bak jeruk diiris. Katup mulut bak delima merekah. Rambut hitam bergelombang. Betisnya bagai jelipung tumbuh. Tumitnya bagai dusun tunggal. Hidungnya mancung bak bungkal bawang merah. Kulitnya kuning langsat. Pinggangnya ramping bak biola cino.
Pemuda. Badannya tegap. Kuat gawe. Jalannya melayang. Disuruh cepat begawe. Diambek cepat baliknyo.
Menjaga musuh dari hilir. atau dari mudi. Kuat kuaso. Berbenteng dado. Berkuto besi. Yang runcing handuk harus dipepeh. Gedang kelaso harus ditimpah.
Muda-muda dilarang berduaan. Duduk mengintai gelap. Tegak mengintai sunyi
Bertugas “Bangunkan adat dengan tembago. peliharo agama serta syara’nya, pelihara kampong dengan neeri, rentangkan parit nan belingka. Tegakkan koto nan teguh. Supaya adat nak tegak semak bak lamo.
Bila ada kerjo dalam kampong, Kerjo besamo kata orang banyak. Kok berat sama dipikul, kok ringan sama dijinjing, minta diliyek ereng dengan gendeng. minta dibawa gawe dengan gati.