Tergogoh-gopoh menghadap sang telik sandi ke balairung istana Alengka.. Keringatnya bercucuran.. Mukanya merah menahan marah..
"Ada apa, sang telik sandi ? Kata Sang Maharaja heran..
" Daulat, tuanku.. Sdh hampir satu purnama berlalu.. Sang resi yg mengaku resi istana dipanggil ke istana.. Dia enggan untuk menghadap tuanku"..
"Baik.. Siapkan pasukan terbaik untuk menjemputnya.. Gunakan para pendekar terlatih.. Seret ke istana untuk menghadapku" titah sang maharaja.. Suaranya menggelegar.. Amarahnya memuncak.. Wibawa istana dipertaruhkan..
"Dia sering membuat onar di Negeri Alengka.. Kerumunan pasar dibubarkan.. Tempat semedi diganggu.. Rakyat negeri Alengka tdk bisa semedi"
"Betul, tuanku.. Tempat semedi gemuruh oleh teriakkannya.. Rakyat negeri Alengka tdk tenang olehnya " kata sang telik sandi..
"Segera para punggawa menjemputnya.. Agar istana tdk dirongrongnya"
"Daulat, tuanku" bergegaslah para punggawa keluar istana..
"Apa lagi kabar yg hendak kau sampaikan" kata sang maharaja..
"Ampun, tuanku.. Di tengah negeri duta, perkampungan dibakar oleh perompak. Tempat semedi hancur tdk tersisa.. Sementara sang adipati lebih suka menonton sayembara di padepokan.. Bgmn, tuanku ?
" Ya.. Saya Sdh dapat kabar kebakaran disana.. Dan saya jg tahu tentang ulah sang adipati.. Nanti kupanggil istana ? Kata sang maharaja..
"Daulat tuanku" sambil mengatupkan tangan didada dan beringsut mundur.. Kemudian keluar istana..