Gegar negeri Alengka menyelimuti istana Sang Maharaja..
Beredar kabar angin, para punggawa sang raja yang disebut-sebut menggarong kepingan emas istana Alengka..
Sang Maharaja kemudian murka. Dipanggillah seluruh punggawa, adipati bahkan kerani istana..
"Wahai kalian semua. Aku mendapatkan kabar dari telik sandi. Para punggawa sang Raja disebut menggarong kepingan istana negeri Alengka. Apakah kabar angin yang beredar betul adanya ?" Murka sang maharaja..
"daulat, tuanku. kepingan emas yang dicuri sang punggawa adalah punggawa sang Raja. Bukan punggawa tuanku maharaja. Demikian tuanku", Kata sang telik sandi memastikan kabar...
"Apa yang terlintas di pikiran sang punggawa istana yang mau mencuri kepingan emas. Apakah kepingan emas dicuri untuk membeli ransum istana kemudian dibagikan kepada rakyat negeri Alengka " ? tanya sang maharaja heran..
"Tidak, tuanku maharaja. Kepingan emas yang dicuri digunakan untuk berfoya-foya, membangun mahligai bak istana. Setiap tonggak dilapisi emas. Lantainya dari marmer putih yang cemerlang.. Konon kabarnya sengaja didatangkan dari negeri awan.. DIbawa utusan khusus yang membawanya. Demikian, tuanku maharaja" Lapor sang Punggawa..
Betul, tuanku.. Bahkan konon kabar beritanya. Sang punggawa yang mencuri kepingan emas istana, membelikan permata dan diberikan kepada dayang-dayang yang dipelihara selama berkuasa. Setiap perempuan yang mendapatkannya kemudian menjelma menjadi putri yang turun dari khahyangan.. Demikian, kabar berita yang hamba terima" kata sang punggawa lain untuk melengkapi berita..
"Tolong panggil Sang Dyaksa. Hukuman seberat-beratnya. Rampas harta yang dicurinya. Ambil untuk membelikan ransum istana.. Bagikan kepada rakyat Alengka yang tengah sengsara" titah sang maharaja murka..
Daulat, tuanku", Ujar yang hadir di balairung berkata. Sembari meninggalkan istana untuk melaksanakan titah Sang Maharaja.
Beredar kabar angin, para punggawa sang raja yang disebut-sebut menggarong kepingan emas istana Alengka..
Sang Maharaja kemudian murka. Dipanggillah seluruh punggawa, adipati bahkan kerani istana..
"Wahai kalian semua. Aku mendapatkan kabar dari telik sandi. Para punggawa sang Raja disebut menggarong kepingan istana negeri Alengka. Apakah kabar angin yang beredar betul adanya ?" Murka sang maharaja..
"daulat, tuanku. kepingan emas yang dicuri sang punggawa adalah punggawa sang Raja. Bukan punggawa tuanku maharaja. Demikian tuanku", Kata sang telik sandi memastikan kabar...
"Apa yang terlintas di pikiran sang punggawa istana yang mau mencuri kepingan emas. Apakah kepingan emas dicuri untuk membeli ransum istana kemudian dibagikan kepada rakyat negeri Alengka " ? tanya sang maharaja heran..
"Tidak, tuanku maharaja. Kepingan emas yang dicuri digunakan untuk berfoya-foya, membangun mahligai bak istana. Setiap tonggak dilapisi emas. Lantainya dari marmer putih yang cemerlang.. Konon kabarnya sengaja didatangkan dari negeri awan.. DIbawa utusan khusus yang membawanya. Demikian, tuanku maharaja" Lapor sang Punggawa..
Betul, tuanku.. Bahkan konon kabar beritanya. Sang punggawa yang mencuri kepingan emas istana, membelikan permata dan diberikan kepada dayang-dayang yang dipelihara selama berkuasa. Setiap perempuan yang mendapatkannya kemudian menjelma menjadi putri yang turun dari khahyangan.. Demikian, kabar berita yang hamba terima" kata sang punggawa lain untuk melengkapi berita..
"Tolong panggil Sang Dyaksa. Hukuman seberat-beratnya. Rampas harta yang dicurinya. Ambil untuk membelikan ransum istana.. Bagikan kepada rakyat Alengka yang tengah sengsara" titah sang maharaja murka..
Daulat, tuanku", Ujar yang hadir di balairung berkata. Sembari meninggalkan istana untuk melaksanakan titah Sang Maharaja.