Syahdan, berkumpullah para
Depati, Rio, Mangku, Temenggung, Dubalang, punggawa kerajaan Astinapura.
Mereka berbicara sambil bergumam. Suara dikecilkan. Agar tidak
terdengar para pembantu Istana yang menghidangkan panganan sore.
"Para Depati, Rio, Mangku, Temenggung dan Dubalang. Menurut hamba, tahta mahkota Kerajaan Astinapura akan digantikan. Raja Astinapura tidak disukai rakyat Astinapura. Sudah banyak hamba mendapatkan laporan. Demikian, tuanku", kata sang Depati memulai pembicaraan.
"Bukankah Raja Astinapura terkenal baik kepada rakyatnya. Mengapa rakyat negeri Astinapura tidak menyukainya, adinda Depati ?", sang Depati tuo heran. Sambil memperbaiki jubahnya.
"Iya, Depati, ada apa gerangan ? Apa yang membuat rakyat negeri Astinapura patah arang kepada Raja ?', tanya sang temenggung heran.
"Hamba sendiri juga tidak mengetahui dengan pasti kabar yang terdengar. Namun menurut hamba, Raja terlalu baik sehingga tidak mau melukai hati rakyat. Sehingga Raja dianggap lambat dan kurang tegas. Belum lagi usia yang sudah menua. Dalam berbagai kesempatan, Raja sering salah ucap ketika bertitah. Berbagai pidatonya dialun-alun kemudian diperbaiki oleh para Adipati", kata sang Depati.
"Bahkan berbagai pesta rakyat, Raja tidak diundang untuk merayakannya. Hati Sang Raja menjadi terluka. Sehingga raja banyak mengurung diri di kamar", tambah sang Mangku. Sehari-hari bersama raja.
"
Baiklah apabila kabar demikian. Menurut hamba, sebaiknya kita mulai mencari adipati yang akan meraih kemenangan meraih Tahta Mahkota Kerajaan Astinapura. Sudah saatnya kita harus memikirkan kekuasaan selanjutnya. Kita tidak boleh bermenung didalam istana. Apabila adipati yang kemudian masuk istana kemudian tidak menyukai kita, kita tidak mungkin lagi menggunakan jubah kebesaran", kata Sang Depati sembari bergegas.
"Hamba akan menemui adipati. Menyerahkan salam sembah. Agar ketika dia menang meraih tahta mahkota kerajaan, kita masih disini. Masih menggunakan jubah kebesaran", kata sang temenggung sembari bergegas. Meninggalkan istana menuju kediaman adipati.
Sang punggawa istana mendengarkan pembicaraan para petinggi istana kemudian bergumam.
"Dasar brutus. Kesetiaan kepada Raja terhenti ketika Raja tidak disukai lagi", sembari bergegas meninggalkan tempat pertemuan.
"Para Depati, Rio, Mangku, Temenggung dan Dubalang. Menurut hamba, tahta mahkota Kerajaan Astinapura akan digantikan. Raja Astinapura tidak disukai rakyat Astinapura. Sudah banyak hamba mendapatkan laporan. Demikian, tuanku", kata sang Depati memulai pembicaraan.
"Bukankah Raja Astinapura terkenal baik kepada rakyatnya. Mengapa rakyat negeri Astinapura tidak menyukainya, adinda Depati ?", sang Depati tuo heran. Sambil memperbaiki jubahnya.
"Iya, Depati, ada apa gerangan ? Apa yang membuat rakyat negeri Astinapura patah arang kepada Raja ?', tanya sang temenggung heran.
"Hamba sendiri juga tidak mengetahui dengan pasti kabar yang terdengar. Namun menurut hamba, Raja terlalu baik sehingga tidak mau melukai hati rakyat. Sehingga Raja dianggap lambat dan kurang tegas. Belum lagi usia yang sudah menua. Dalam berbagai kesempatan, Raja sering salah ucap ketika bertitah. Berbagai pidatonya dialun-alun kemudian diperbaiki oleh para Adipati", kata sang Depati.
"Bahkan berbagai pesta rakyat, Raja tidak diundang untuk merayakannya. Hati Sang Raja menjadi terluka. Sehingga raja banyak mengurung diri di kamar", tambah sang Mangku. Sehari-hari bersama raja.
"
Baiklah apabila kabar demikian. Menurut hamba, sebaiknya kita mulai mencari adipati yang akan meraih kemenangan meraih Tahta Mahkota Kerajaan Astinapura. Sudah saatnya kita harus memikirkan kekuasaan selanjutnya. Kita tidak boleh bermenung didalam istana. Apabila adipati yang kemudian masuk istana kemudian tidak menyukai kita, kita tidak mungkin lagi menggunakan jubah kebesaran", kata Sang Depati sembari bergegas.
"Hamba akan menemui adipati. Menyerahkan salam sembah. Agar ketika dia menang meraih tahta mahkota kerajaan, kita masih disini. Masih menggunakan jubah kebesaran", kata sang temenggung sembari bergegas. Meninggalkan istana menuju kediaman adipati.
Sang punggawa istana mendengarkan pembicaraan para petinggi istana kemudian bergumam.
"Dasar brutus. Kesetiaan kepada Raja terhenti ketika Raja tidak disukai lagi", sembari bergegas meninggalkan tempat pertemuan.