Tergopoh-gopoh
pengawal Istana menuju kerumah Adipati kerajaan Astinapura.
“Ada
apa gerangan, wahai sang pengawal istana. Mengapa engkau terburu-buru ?”, tanya
sang adipati heran.
“Daulat,
tuanku. Hamba ada titah dari Sang Raja Astinapura. Makanya hamba buru-buru
kesini ‘, Jawab sang pengawal istana.
“Ya,
ada apa ? Apakah begitu penting titah dari Sang Raja Astinapura ?”, tanya sang
adipati.
“Daulat,
tuanku. Iya, tuanku. Sang Raja memberikan titah kepada hamba dan menyampaikan
kepada tuanku, sang adipati”, jawab sang pengawal istana.
“Ya,
sampaikanlah segera. Biar hamba bisa melaksanakannya”, ujar sang adipati.
“daulat,
tuanku. Menurut kitab dari Kerajaan Istana Astinapura. Tembo Kerajaan
Astinapura dengan Kerajaan Lebar Daun diperbatasan disebutkan “sialang belantak
besi”. Sialang belantak besi adalah “niti bakal petas”, “ ujung Sungai Badak”.
Menyusuri Sungai Lalan.
“Di
Kerajaan Lebar Daun disebutkan sebagai “cucuran air”. Ke mudik, sebelah kiri
sungai Lalan masuk wilayah Kerajaan Astinapura. Sebelah kanan milik Kerajaan
Lebar Daun, tuanku. Demikian menurut kitab. Mohon kepada adipati segera ke perbatasan
dan mengabarkan ke penduduk diperbatasan. Agar menjaga tanah Kerajaan
Astinapura. Demikian titah dari Raja, Sang Adipati”, sembah sang Pengawal
kerajaan.
“Baiklah,
sang pengawal. Hamba segera bergegas ke perbatasan kerajaan. Menemui para Temenggung,
para adipati, para mangku. Agar menjaga perbatasan dari serangan musuh”, kata
sang adipati. Segera bergegas. Menggunakan jubah kerajaan menuju ke perbatasan
negeri Astinapura..