Syahdan. Ketika Pemimpin padepokan kemudian telah dipilih oleh Para biksu di padepokan, Pemimpin kemudian berkeinginan untuk mencari para murid Setia untuk menjaga padepokan.
Sebelum ditentukan murid Setia yang akan memimpin di padepokan maka diadakan adu kesaktian di padepokan.
Para murid kemudian mengelilingi padepokan. Sembari duduk bersila mengelilingi pemimpin padepokan, mereka kemudian berseru.
“Wahai Pemimpin padepokan. Kesetiaan apalagi yang engkau butuhkan agar kami Tetap bisa mengabdi di padepokan”, kata sang murid yang dituakan. Sembari bertanya, dia menghaturkan sembah. Sekaligus sembah takzim. Agar dapat diterima di padepokan.
“Wahai Murid padepokan. Beberapa waktu yang lalu, berbagai kitab kesaktian padepokan telah keluar dari padepokan.
Padahal didalam kitab berisikan ajian dan mantra kesaktian ilmu kanuragan. Tidak boleh sembarangan orang untuk mempelajarinya.
Apabila kitab kemudian jatuh ke tangan orang jahat, maka negeri Astinapura akan terancam berbahaya.
Padahal ajian dan mantra didalam kitab dapat menangkal serangan dari negara api. Termasuk menangkal dari berbagai ajian yang akan menyerang negara astinapura.
Didalam padepokan, kitab harus dijaga dengan seluruh jiwamu. Dengan segenap nyawamu.
“Apakah engkau mampu mengemban tugas dari padepokan ?”, tanya sang Pemimpin padepokan.
“Tuanku, kuserahkan jiwaku untuk menjaga kitab. Seluruh jiwa hamba”, demikian teriakan dari sang murid yang paling dituakan.
“Baiklah. Tapi saya sudah mendapatkan firasat dari Pemimpin padepokan sebelum hamba. Diantara kalian ada yang kemudian menyerahkan kitab keluar Istana padepokan”, sanggah sang Pemimpin padepokan.
“Hendaklah sang Pemimpin padepokan dapat menghukum siapa murid yang telah berkhianat Amanat dari padepokan, tuanku”, kata sang murid. Mereka penasaran. Siapa yang telah mengeluarkan kitab dari padepokan.
“Konon Menurut telik sandi, diantara kalian yang mengeluarkan kitab padepokan. Tapi biarlah hamba sejenak mengambil keputusan”, kata sang Pemimpin padepokan meninggalkan padepokan. Kembali Paseban. Melanjutkan tapa brata.
“Daulat, tuanku”, kata sang murid menundukkan Kepala. Sembari menghaturkan sembah.